Emangnya Kenapa Kalo Zaskia Adya Mecca Merokok?

Seminggu ini gambar Zaskia Adya Mecca yang sedang asyik merokok ditemani dua pria – mungkin Hanung Bramantyo dan Baim Wong – ramai beredar di internet dan diperbincangkan banyak orang. Saia sih agak males ngomentarin, tapi kok tangan ini gatel kalo ga nulis barang selarik dua larik sekadar urun rembug yang ga mutu.

Jadi, apa salahnya kalo si cantik pemeran Sarah di Kiamat Sudah Dekat ini merokok? Kalo ga ada yang merasa rokoknya dicuri dan dua pria yang mendampinginya enjoy aja, yahh…liat aja gambarnya sebentar lalu lupakan. Dia adalah satu dari sekian ratus juta perempuan yang merokok dan apakah kita sewot setiap kali ada perempuan yang merokok? Meski kita kenal dia?

Mungkin ada yang ga rela melihat dia merokok karena mereka lupa melepaskan “Sarah” dari Zaskia. Dua orang itu “berbeda”. Sarah adalah “imajinasi”, Sarah “ga boleh cacat” karena dia adalah panutan. Dia boleh punya masalah tapi harus bisa mengatasi, boleh punya problem tapi ga boleh “lari”, boleh punya “pacar” tapi yang “Islami” dan bolehlah stress sedikit-sedikit tapi jangan sampai lari ke rokok apalagi minuman keras dan narkoba. Kalo sampai terjadi, pasti sinetronnya ga laku dan penulis skenarionya sudah sableng (didahului Deddy Mizwar yang oon).

Sedangkan Zaskia adalah nyata, real, berdarah, berdaging, bermimpi, punya keinginan dan dosa. Dia “boleh” merokok dengan risiko yang akan ditanggung sendiri: lambung keropos, kena bronkhitis kronis, kena kanker paru-paru, kanker tenggorokan, dan bahaya lain rokok bagi perempuan atau bahkan termasuk dalam daftar 1174 orang yang mati tiap hari karena rokok. Risiko pekerjaan, mungkin dikritik sana sini atau ditinggalkan fansnya. Atau bahkan sebalikny: bisa jadi lebih banyak jobnya…toh artiskan harus serba bisa? Ga cuma ngandelin citra perempuan baik-baik saja?

“Masalah” Zaskia merokok jauh lebih kecil dibandingkan fakta bahwa banyak sekali para kiai, pengasuh pesantren dan orang-orang yang “ngerti agama” yang seenak udelnya merokok tanpa merasa berdosa sama sekali. Mereka merokok di sela-sela pengajian, ketika “memberi petuah”, ketika jagong, di tempat-tempat umum, bahkan mungkin di tempat yang ada tulisan dilarang merokok. Mereka panutan umat yang real, nyata, tetapi melakukan tindakan yang saat ini dianggap biasa, padahal ruarrr biasa dosanya. Mereka berlipat-lipat dosanya dibandingkan dengan Zaskia atau orang biasa lainnya. Tetapi, sungguh anehnya, mereka sama sekali tidak merasa berdosa, dengan dalih usang “rokok tidak ada hukumnya di jaman Nabi, karena memang belum ada“. Jadilah, mereka bikin fatwa-fatwa seenak udelnya tentang rokok.

Maafkan saia yang awam masalah agama, tapi saya yakin paling rendah hukum rokok adalah makruh sampai haram. Kalau dipersentase, makruhnya 1% dan haramnya 99%!

Para kiai perokok inilah problem terbesar masalah rokok, sama sekali bukan Zaskia atau artis “alim” lainnya, bukan pula menteri atau pejabat publik. Bila para pemuka agama berani meninggalkan rokok, sudah pasti kampanye anti rokok akan terbuka dengan lebar dan lancar. (Jadi ingat puisinya Taufiq Ismail, “Tuhan Sembilan Senti” yang lugas mengritik para kiai ini).

Jadi, “biarkan” Zaskia merokok. Ada ribuan mungkin jutaan tokoh agama yang merokok. Ini PR kita sebenarnya.