Apa yang menyesakkan dada ketika anak-anak muda tewas? Seolah-olah kita melihat film yang terpotong, atau adegan drama yang tak selesai. Dan hari ini kita mendengar, bahwa Pungkas Tri Baruno meninggal dunia seusai menancapkan bendera merah putih di puncak gunung tertinggi Amerika Utara, Mount McKinley, kemarin, Selasa 8 Juli. Itu bendera merah putih pertama yang berkibar disana. Dan ia baru semester satu, baru 20 tahun.
Pungkas tergabung dalam tim Kwarnas Gerakan Pramuka bersama Zulfa Ahyar, Hatman Nugraha dan Gusti Kurnia Bayu Tresna. Bayu Tresna tidak mengikuti pendakian karena berperan sebagai koordinator dan berada di Anchorage, Alaska. Mereka berangkat pada 12 Juni dan direncanakan selesai 28-38 hari. Pungkas berhasil menyelesaikan misinya, menancapkan bendera merah putih untuk pertama kalinya di gunung yang puncaknya mencapai 20.230 kaki (6.193 meter) dan merupakan centerpiecenya Taman Nasional Denali itu. Tetapi ketika turun, cuaca memburuk dan mengurangi stamina dan kekuatannya. Ia meninggal pada ketinggian 17.400 kaki. Anak ragil dari tiga bersaudara itu orang kedua yang meninggal di gunung itu pada minggu ini, setelah seorang pria Illinois usia 51 tahun Jumat lalu.
Singkirkan dulu persoalan birokrasi administrasi bahwa Universitas Mercu Buana tempatnya kuliah di jurusan Desain Interior mengaku tidak mengetahui misinya, atau ayahnya yang baru tahu menjelang keberangkatan, atau kritik seorang senior pendaki gunung bahwa mereka anak-anak muda yang kurang berpengalaman, cuma baru mendaki gunung-gunung tropis dan lokal macam Gede, Salak, Galunggung, eh, berani-beraninya mendaki gunung bersalju. Yang perlu kita catat adalah: di tengah-tengah berondongan pemberitaan miring tentang berbagai perilaku anak muda, yang seks bebas, yang terjerat narkoba, yang bunuh-bunuhan, masih ada juga berbagai sisi positif remaja kita: yang menang olimpiade sains, yang berani tur negeri-negeri jauh sendirian, yang berani keliling eropa dengan seribu dolar, dan yang berani menantang maut di daratan licin di Alaska itu.
Anak-anak muda memang penuh semangat, pengen mencoba yang baru, ingin menjajal batas keberanian dan stamina sendiri, menyerempet-nyerempet bahaya, yang seringkali membahayakan kesehatan bahkan nyawa sendiri, juga lingkungan dan orang-orang di sekitarnya. Ketika tujuan sudah ditancapkan, semua perhatian dan tekad difokuskan kesana, kadang-kadang tidak menghiraukan suara-suara kritis atau miring yang mencoba mengikis keberanian dan semangat mereka. Tapi itulah hidup, kita tidak tahu apa yang menimpa kita kecuali setelah kita menghadapi dan mengalaminya. Kalau kita mendengarkan semua petuah, cemas dengan rintangan, khawatir dengan bekal, perhitungan yang over, planning yang njlimet, dan akhirnya kita tidak akan pernah melangkah.
Ops, jangan salah, saya tidak menganjurkan anak-anak muda menghadapi singa tanpa senjata. Yang ingin saya katakan adalah: kalau tujuan kita baik dan merasa mampu, ayo, lakukan saja. Nanti pengalaman akan mengajarkan kita, rintangan akan menempa kita dan alam menjadi sahabat dan guru yang sempurna. Soal kematian, tanpa melihat statistik pun saya yakin jauh lebih banyak orang yang meninggal di jalan-jalan daripada di puncak gunung.
Dan Pungkas bukan yang pertama anak muda yang meninggal di gunung. Jauh sebelumnya, kita tahu ada Soe Hok Gie yang meninggal usia 27 tahun di gunung Semeru, Yeni Siregar meninggal usia 19 tahun di gunung Lawu Februari lalu, atau bahkan Nurdianto yang baru 16 tahun di Ciremai. Dan di puncak bersalju, kita telah kehilangan Norman Edwin (37) dan Didiek Samsu (28 ) di Aconcagua Maret 1992 lalu. Tetapi jangan karena mereka meninggal lantas kita mundur. Yang perlu dicatat ke depan adalah persiapan kalau kita hendak mendaki gunung. Bagaimanapun, itu bukan lingkungan yang setiap hari kita arungi dan tidak ada halte di setiap perempatan.
Pungkas sudah pungkas misinya. “Film”-nya terpotong sebagian, tapi pada bagian yang tidak terlalu buruk: merah putih berkibar di sana. Tidak perlu ada in memoriam di gunung. Bahkan bila Pungkas tidak berhasil menancapkan bendera, ia tetap menyalakan pertanda: bahwa batas kemampuan manusia adalah ketika ia menghadapi rintangan, bukan menghindarinya.
Selamat jalan, Pungkas, kami bangga padamu.
Selamat jalan Pungkas…
(Doa dari pinggiran)
Selamat jalan Pungkas…
selamat jalan . pungkas…
Selamat jalan kawan!!kai hanya bisa mengingat & mendoakanmu.RAIHLAH prestasi demi PRESTISE.
dr kami keluarga besar II-2 SMa 90.
pipit(duduk di dpan pungkas wktu kelas 3 SMA 90)
banyak kesan yang ditinggalkan pungkas..
” kas..ksuksesan yg sering kita omongin bertiga sama ucup,ternyata lbih dulu lo raih..,selamat kas..lo berhasil!!!
skarang saya mengerti..
ternyata kesederhanaan pun bisa meluluhkan puncak alaska….
selamat jalan pungkas..
selamat jalan sahabat..
Pipit temennya pungkas yah?
Saya irfan dari koran Jurnal Nasional.
minta komentar sedikit about pungkas dong..buat nambah naskah nih:)
irvan_fikri@yahoo.com
irfanf@jurnas.com
selamat jalan pungkas ,perjuanganmu
akan jadi inspirasi anak muda
selamat jalan dan bangga atas keberhasilan mengibarkan bendera Indonesia.
tapi dibalik itu ada minus juga, dan ini sebagai peringatan kita juga, bahwasannya pengalaman, safety prosedur harus diperhatikan.
berbeda antara pendakian gunung tropis dan gunung es. Jangan hanya mengejar sesuatu yang mengawang-awang tapi menghiraukan keselamatan jiwa. Kalau saja pungkas beruntung, ini merupakan prestasi buat pungkas maupun tim. Tapi ini merupakan suatu kegagalan besar, mengingat minimnya pengalaman pungkas. Sekali lagi yang kita hadapi adalah alam.
Selamat jalan kawan, semoga ini jadi pelajaran berharga bagi kita semua…
tak ada yang dapat mengalahkan segala sesuatunya selain semangat yang tinggi..gw akan selalu inget pelajaran itu dari lu kas..Allahuakbar3x ampuni dosanya wahai tuhan yang maha pengampun..tempatkan ia di tempat yang mulia disisimu..Selamat Jalan Pungkas Tri Baruno..Kami akan selalu mengingatmu kawan..
Orang baik takkan hidup lama di dunia..sebelum dia berbuat dosa, Insya ALLAH ia akan diangkat ke tempat yang layak baginya..semoga kau tenang disana kawan..api Semangatmu akan terus kami kobarkan di dunia..
pupung,,,
selamat jalan…
gw taw lo dr kecil..
dr botak ampe gondrong..
semoga lo tenang di Sisi-Nya.
Abang2 lo pasti bangga ma lo..
Tut,Tas.. Ade lo hebat!!
Dah bawa nama harum bangsa..
Selamat Jalan bradda…
Pungkas… raihlah puncak kebahagiaan abadi di surga … engkau adalah inspirasi bagi kami para orang tua untuk bisa memahami semangat juang kawula muda … dan engkau Pungkas sungguh membanggakan bukan saja bagi keluargamu tapi juga kami bangsa Indonesia. Rest In Peace
mungkin video anak kLs 2-2 itu merupakan kenang-kenangan trakhir dari Lo yang ga akan pernah kita Lupain,,
selamat jalan ya kas,,dan makasi dah ngasi kita kesempatan buat nyimpen video itu..
kita doain smoga Lo slalu ditempatkan di sisi-Nya..
amin….
Pungkas,
Elu emang minim pengalaman. Modal kuat yang elu udah tunjukkan adalah keinginan belajar dan melatih diri dengan sangat kuat.
Gue merasa beruntung bisa ikut dalam proses elu mempersiapkan diri untuk cita-cita bersama ini..
Perjuangan pencapaian puncak dan laporan teman-teman dari Mountaintrip, Todd n teman2, menunjukkan bahwa ketrampilan dasar yang elu dan Agay kuasai sudah jauh lebih baik dari para pendaki tua Indonesia yang cuma bisa mengeluarkan pendapat tanpa pernah melihat elu dan teman-teman latihan. Ngga apa-apa, kita akan jalan terus dengan cita-cita bersama yang lain..
Selamat jalan saudara mudaku… Sekali lagi, bahwa elu sungguh banyak memberikan teman-teman dengan inspirasi baru.
Jadi ingat sebuah komentar, bahwa
“Tuhan selalu bersama orang-orang berani…”
Dan elu sudah bersamaNya…
Selamat jalan pungkas…
keberanian dan semangatmu akan tetap bersama kami demi mencapai puncak-puncak dunia…
rest in peace brother…
pupung !
selamat jalaannn !
pung…sekarang lw dah tenang disana…
sekarang harum nama lw dah kecium di seluruh pelosok negeri…
semangat lw akan cast jadikan tumpuan…
sampai ketemu lagi di masa kedamaian…
slamat jalan sob….
we’ll miss u so much…..
pungkas..
bnyak bngd kenangan sm2 lo…
waktu gw dkelas brng lo,,
klo pas puasa gni biasanya ada buka puasa bersama bareng naq II-2…
cita2 lo ddenger ma allah yh kas,,
taw gag kas lo dah ngasih kenangan yg berharga bngd buat kita…
salut buat mu sahabatku..
kangen2…we miss u always =)
ka pungkas..
aku adik kelas ka pungkas, kemarin aku ke rumah ka pungkas, wawancarain ibu and bapaknya ka pungkas, buat artikel di majalah 90 yang baru ka..
aku baru tau cerita tentang kk..
sangat disayangkan orang sebaik kk udah dipanggil sang penguasa.
klo aja di 90 sekarang ada yang kayak kk, pasti bisa buat contoh yang baik bagi adik2 kelasnya..
aku salut sama kk yang cinta banget sama lingkungan, sampe kemana2 aja naik sepeda..
aku jg bangga banget bisa sekolah di tempat yang pernah jadi tempat kk belajar dulu..
kk buat aku jadi punya semangat hidup..
thanks banget ka..
oia ka,, orang tua kakak baik banget.. hehe..
Meski kata terimakasih tak sampai terucap dari bibirku atas pertolonganmu menyelamatkan nyawaku….semoga doaku kepada-Nya disetiap sujudku mapu membahagiakanmu disana…sahabat hanya bakti pada keluarga yang mampu kulakukan untuk membalas kebaikanmu….
Rna
Smuanya tlah brakhir. Prjuanganmu, senyum ramahmu, tawa ceriamu.. tak akan prnah mnghiasi hari2 yg kosong krna kepergianmu k’Pung.. dirimu yg slalu brsahaja, tdak prnah sombong dan apa adanya, mmbuat hati ini tersenyum pda jiwamu. Jiwa yg tgar, rela brkorban dmi bangsa .. sungguh, drimu yg sprti ini .. slit ddaptkan pda gnerasi muda skarang ini … krnanya … nana, beribu bangga, cinta dan sayang sma k’Pung! k’Pung inspirasiku .. istirahat yg tnang iaa k’Pung! nana akan slalu, teruzzz, alwaizz, siempre …. ngedo’ain k’Pung spya bhagia dsna .. amiin .. =)
Miss you pupung…, aku yakin kamu lebih bahagia disana bersama-NYA. **aku yang pernah menyukaimu**
Tulisanmu penuh filosofi mas..aku terharu membacanya..benar sekali, kita sebagai generasi penerus bangsa kapan lagi mau mencoba selagi itu hal positif. Kapan juga kita bisa kalo kita gak mau mencoba dan berusaha…